Kamis, 30 Oktober 2008

Minangkabau Simfoni Orkestra Di Persimpangan Jalan

Kelompok orkes tertua, Minangkabau Simfoni Orkestra, beraksi untuk 100 tahun kebangkitan Indonesia. Tapi ia terlalu mengejar selera pasar.

Minangkabau Simfoni Orkestra, bagi masyarakat Sumatera sudah tak asing lagi, apalagi bagi masyarakat Sumatera Barat. Orkestra yang didirikan pada Desember 2006 (?) ini merupakan cikal bakal dari nama-nama besar kelompok orkes sebelumnya yang tumbuh di Ranah Minang sejak tahun 1985 seperti, Orkes Simfoni Bukittinggi, Orkes Simfoni Padang, Orkes Simfoni Sumatera Barat, dan Orkes Simfoni Ranah Minang. Seluruh personilnya merupakan mahasiswa, alumni, dan dosen Sekolah Tinggi Seni Indonesia Padangpanjang.

Pertunjukan komposisi musik dalam sebuah Orkestra sangat ditentukan oleh arranger, conductor, concert master, principle, solist, player. Mereka komponen yang paling berpengaruh terhadap suksesnya pertunjukan tersebut. Tapi yang paling berkuasa adalah conductor. Ia pemimpin pertunjukan, penerjemah, juga pelatih yang dapat mengetahui psikologi para pemainnya. Sekaligus sebagai conductor tentunya dianggap sebagai ilmuan yang mampu mentransfer ilmu baik secara teoritis maupun praktis kepada seluruh mitra kerjanya (pendukung orkestra).

Selanjutnya sosok concert master, pemain biola utama, yang berada pada posisi kiri conductur. Concert master bertanggung jawab terhadap pelaksanaan teknis dalam permainan, sekaligus harus mampu memahami keseluruhan komposisi yang sedang dan akan dimainkan. Ia juga dapat menggantikan posisi conductor apabila sang pimpinan berhalangan. Jadi malan itu yang dipercayakan sebagai concert master adalah Yasril Adha. Di samping itu, dalam sebuah orkes harus juga ada beberapa orang Principle mereka ini bertanggung jawab bagi keberhasilan serta kelancaran teknik permainan dan penandaan bagian-bagian partitur para anggota orkes.

Selera Pasar
Minggu, 18 Mei 2008. Di lapangan Kantin Kota Bukittinggi berlangsung Konser Musik 2008 bertajuk 100 tahun Kebangkitan Nasional. Malam itu orkes dipimpin oleh Marta Roza dengan lagu pembuka yang diambil dari kelompok thrash metal, Metalica, yang diaransemen oleh Diansyah Putra. Metalica sebagai model, bahwasanya Orkes Simfoni mampu memainkan lagu-lagu pop, rock, jazz, dan bahkan dangdut. “Basik dasar tetap klasik dalam penguasaan aransemen dan orkestrasi,” tutur Marta usai pertunjukan.

Selanjutnya, Minangkabau Simfoni Orkestra tampil dalam lagu-lagu populer dengan menampilkan penyanyi Sumatera Barat di antaranya; Andi Adam, Soniya, Jaks Surya, Fani Vabiola yang masing menyanyikan tiga lagu. Sedang Helena (Idol) muncul dengan menyanyikan lagu Sempurna, Munajat Cinta, Karena Cinta, Ingat Kamu dan terakhir membawakan lagu minang yang berjudul Pulang Lah Uda. Materi-materi lagu seperti ini dengan mudah dapat dinikmati dan disuguhkan dengan baik oleh seluruh pendukung. Ini bukanlah suatu prestasi yang gemilang, jika sebuah orkes simfoni yang telah berpengalaman hanya bermain dalam kancah lagu populer.

Suka Harjana dalam “Wilma Sriwulan” (2000:68) bilang, “Orkes Simfoni yang tertua di Indonesia adalah Orkes Simfoni di Sumatera Barat.” Namun, orkes yang tertua itu dalam perkembangannya tidak mampu mengangkat dan mengolah musik klasik standar. Selayaknya konser dalam malam 100 tahun kebangkitan nasional, Minangkabau Simfoni Orkestra tidak melulu mengangkat lagu-lagu populer, seharusnya ada tiga atau empat lagu klasik standar atau mengaransemen lagu-lagu tradisional melayu untuk dimainkan. Jika tidak ada lagu klasik standar yang dimainkan, maka Minangkabau Simfoni Orkestra berada di persimpangan jalan. Tak tahu arah untuk dituju, padahal sangat jelas bahwasanya sebuah komunitas orkes tidak melulu mengejar selera pasar, boleh jadi agar tidak membosankan diselipkan satu, dua, tiga atau empat lagu-lagu populer untuk dapat masuk ke wilayah dunia anak muda yang seleranya ngeband .

Penonton Kecewa
Ada rasa bangga dan bahagia ketika menyaksikan alat musik klasik yang tersusun di atas panggung. Namun renyuh juga ketika bunyi yang keluar bukan musik klasik standar malahan lagu pop Indonesia. Konser Musik 2008 di Bukittinggi, rindu mencekam terhadap aransemen baru dari arranger muda terhadap lagu klasik standar. Rindu beberapa orang penonton tak terobati oleh Minangkabau Simfoni Orkestra.

“Aku kecewa terhadap pertunjukan musik yang katanya berlabel Minangkabau Simfoni Orkestra, dalam bayangan saya akan ternikmati pertunjukan musik klasik standar atau minimal lagu-lagu tradisional Melayu yang diaransemen ulang, namun sampai di lapangan kantin malah saya menonton lagu-lagu pop, kalau lagu seperti itu lebih baik saya putar VCD saja di rumah,” ungkap Mahdiansyah, salah seorang penonton yang diwawancarai di lokasi pertunjukan.

Jadi Minangkabau Simfoni Orkestra tidak berani bertahan hidup dengan musik-musik klasik standar atau lagu tradisi Melayu, tetap ingin mengikuti selera pasar, maka musik di Sumatera Barat tetap saja. “Laksana kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau.” Andaikan dua saja aransemen klasik standar dilakukan, banyak penonton bertahan sampai larut malam untuk menyaksikan pertunjukan tersebut.

Ah! Kita sedang berada di ujung tanduk ketakberdayaan. Idealisme seorang seniman dapat digulingkan atas nama ‘selera pasar.’ Sungguh memprihatinkan. Apakah harus kita obral murah selembar harga diri kesenimanan untuk dapat bersanding di sebuah kampung bernama ‘terkenal’? Silakan, segalanya kembali kepada individu seniman. Sudah wajar seandainya Minangkabau Simfoni Orkestra mulai serius menggarap lagu-lagu klasik standar, atau Opera Melayu “Simarantang” seperti yang dilakukan Komposer Yoesbar Djailani. Bila hal ini yang dikemas oleh komunitas Orkes tersebut, pastilah ditunggu dan dinanti oleh penggemarnya. Namun tetap saja haturan selamat terucap walau terkurang untuk aksi panggung Minggu malam itu. Hanya kita yang membaca dan berkaca, semoga tak bercermin pada kaca yang terbelah. Begitulah seharusnya seniman.

Minggu, 26 Oktober 2008

MATEMATIKA, MUSIK DAN KECERDASAN

Berdasarkan pengamatan pada sejumlah anak, para peneliti dari Universitas California menyimpulkan bahwa belajar musik pada usia dini dapat meningkatkan kecerdasan

(baca: kemampuan bernalar dan berpikir) dalam jangka panjang. Hasil penelitian ini begitu menarik perhatian sehingga buku The Mozart Effect karangan Don Campbell (1997), majalah Intisari (Februari 1997), harian London Sunday Times (Oktober 1997), dan terakhir majalah D & R (No. 12/XXIX/8, November 1997) merasa tergugah untuk menginformasikan kepada masyarakat.
Hasil penelitian tersebut memang pantas untuk disimak, walaupun seperti dikemukakan oleh musisi Suka Hardjana kepada majalah D & R bahwa hal itu sebenarnya sudah lama diketahui orang. Melalui tulisan ini, izikanlah saya untuk menyampaikan pandangan saya mengenai hasil penelitian tersebut dan mengaitkannya dengan peranan matematika dalam meningkatkan kecerdasan seseorang.
Hal pertama yang menarik untuk dicatat adalah bahwa hasil penelitian tersebut diperoleh secara objektif oleh Gordon Shaw dkk yang notabene adalah fisikawan, bukan oleh para musisi. Bila seorang musisi yang menyatakan bahwa musik itu perlu dipelajari karena bisa meningkatkan kecerdasan, orang mungkin tidak akan percaya begitu saja, karena pernyataan tersebut dapat dinilai subjektif.
Demikian pula halnya bila seorang matematikawan mengatakan bahwa matematika itu penting dan karenanya perlu dipelajari, orang mungkin akan bereaksi, "O, ya?" dengan nada tidak percaya. Namun ketika seorang musisi seperti Suka Hardjana menyatakan bahwa seseorang yang bermain musik sesungguhnya sedang bermatematika dan seluruh susunan syaraf otaknya bekerja, Anda baru sadar bahwa matematika (setidaknya melalui musik) melatih otak kita bernalar dan berpikir, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kecerdasan.
Matematika dan musik memang sudah "bersaudara" sejak zaman Yunani Kuno. Pythagoras (580-500 SM) seorang filsuf dan matematikawan terkenal pada zaman Yunani Kuno bersama para muridnya menemukan bahwa harmoni dalam musik berkorespondensi dengan perbandingan dua buah bilangan bulat. Bila kita mempunyai dua utas kawat yang diregangkan dengan ketegangan yang sama, maka perbandingan panjang kedua utas kawat tadi mestilah 2: 1 untuk menghasilkan nada keenam (not yang sama pada oktaf berikutnya); 3: 2 untuk nada kelima, dan 4: 3 untuk nada keempat.
Sebagaimana dikemukan oleh Aristoteles (384-322 SM), Pythagoras dan para muridnya mempercayai bahwa alam semesta ini dipenuhi oleh interval musik dan sehubungan dengan itu mereka juga mempercayai bahwa all is number. Bagi mereka, perbandingan dasar dalam musik yang terdiri atas bilangan 1, 2, 3, 4, yang berjumlah 10 (yang merupakan basis sistem bilangan yang kita pakai sekarang), adalah suci, dan musik serta teorinya merupakan salah satu dari empat kategori dalam sains: aritmatika, geometri, musik, dan astronomi. Pada masa Plato (guru Aristoteles), matematika dan musik tidak hanya menjadi kriteria bagi orang cerdas tetapi juga bagi orang terdidik.
Satu hal yang menarik dan penting untuk dicatat mengenai kehidupan Pythagoras dan para muridnya pada zaman itu ialah kehausan mereka untuk mempelajari matematika dan filsafat sebagai basis moral. Pythagoras sendiri diyakini telah mengawinkan kedua kata tersebut: filsafat (love of wisdom) dan matematika (that which is learned). Pythagoras jugalah orangnya yang telah mentransformasikan matematika menjadi suatu bentuk pendidikan yang liberal.
Pada abad pertengahan dan zaman Renaisance, matematika dan musik kembali mendapat tempat yang terhormat di sekolah-sekolah di Eropa. Pada masa itu, aritmatika, geometrika, musik, astronomi, tata bahasa, dialektika (logika), dan retorika merupakan the seven liberal arts. Namun semua itu kini tinggal sejarah, lain dulu lain sekarang.
Musik, walaupun demikian, masih dapat dikatakan bernasib baik bila dibandingkan dengan matematika. Setidaknya orang hampir tidak pernah bertanya, "Apa gunanya musik?" setelah ia mendengarkan Mozart, misalnya. Matematika, sementara itu, lebih sering dianggap sebagai momok, dan orang pun semakin sering bertanya, "Apa gunanya matematika?"
Di negara kita, situasinya lebih parah lagi; di samping apresiasi masyarakat terhadap matematika masih sangat rendah, pengajaran matematika di sekolah pun masih bermasalah. Padahal, pada zaman yang semakin bergantung kepada teknologi menyongsong era globalisasi, bagaimana kita dapat bersaing apabila kita tidak menguasai teknologi? Bagaimana kita dapat menciptakan teknologi sendiri apabila kita tidak cukup menguasai matematika dan sains, yang notabene merupakan cara bernalar dan berpikir serta bahasa untuk memahami alam semesta ini?
Kunci jawaban untuk semua pertanyaan ini jelas ada di sekolah. Suka Hardjana secara tegas mengatakan bahwa kurikulum pendidikan musik di negara kita harus diperbaiki, bahkan bila mungkin diubah total. Menurutnya, pendidikan musik itu bukan hanya belajar bernyanyi. Bila hanya dipakai sebagai hiburan, musik bukannya mempercerdas tetapi malah dapat memperbodoh kita.
Seiring dengan itu, kurikulum matematika SD, SLTP, dan SLTA, yang selama ini sering dikeluhkan oleh para orang tua murid dan juga guru di lapangan, tentunya perlu pula ditinjau kembali dan dibenahi. Matematika bukan sekedar berhitung secara mekanis dan prosedural (menggunakan otak kiri), tetapi juga bernalar dan berpikir secara kreatif dan inovatif dalam upaya memecahkan berbagai masalah dan membuat segala sesuatu lebih baik (menggunakan otak kanan).
Kurikulum yang terlalu berat ke fungsi otak kiri dan mematikan kreatifitas dan daya inovasi murid, dan karenanya sulit diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan mereka. Demi meningkatkan kemampuan berpikir siswa, keseimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan perlu mendapat perhatian yang serius dalam penyusunan kurikulum matematika (dan juga mata pelajaran lainnya) pada masa yang akan datang.

musik bikin cerdas ?

Musik menurut berbagai penelitian dapat merangsang kecerdasan anak. Musik dapat merangsang pikiran, memperbaiki konsenstrasi dan ingatan,

meningkatkan aspek kognitif, membangun kecerdasan emosional. Malahan Musik diyakini bisa menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri. Sehingga anak yang mendapat pelajaran musik, akan tubuh menjadi orang yang berpikiran logis, cerdas, kreatif, dan punya empati yang tinggi seperti dikutip dari Ibu dan Anak. Benarkah? Tapi, musik jenis apa saja yang mampu membuat anak cerdas?

Musik dianggap para ahli unsur yang penting untuk menumbuhkan kecerdasan anak. Ini, karena gelombang alfa yang dihantarkan lewat musik konon dapat menstimulasi dan meningkatkan kecerdasan. Menurut penelitian, di semua bangsa maju di dunia seperti Jerman, Amerika, Jepang, Inggris, Australia dan negara Eropa pada umumnya menerapkan pelajaran musik pada sekolah mereka dalam waktu yang lama, yakni 75 menit setiap minggu khusus anak kelas 1-4 SD, yang dimaksudkan untuk membantu kecerdasaan anak didiknya. Para bangsa yang maju tersebut bahkan bangga menamai dirinya sebagai bangsa yang musikal. Karena mereka dapat memainkan instrumen musik, menyanyi dengan baik, dan bisa mengapresiasikan musik.

Penelitian yang pernah dilakukan di Inggris pada anak usia TK yang kemampuan membacanya di bawah rata-rata, sesudah jam belajarnya ditambah dengan pelajaran musik, mereka dapat mengejar teman mereka yang di kelompok rata-rata. Pada anak-anak tersebut, mereka diajak bernyanyi diiringi musik dalam sebuah kelompok melalui latihan ketepatan nada dan irama disertai dengan latihan kepekaan emosi. Program yang terstruktur dan dapat dinikmati anak-anak ini meningkatkan kemampuan otak, yang dibuktikan dengan peningkatan kemampuan baca mereka.

Musik Klasik Masih Terbaik
Sebenarnya, jenis musik seperti apa sih, yang paling baik dan tepat dipergunakan untuk mencerdaskan seorang anak? Weny Savitry S. Pandia, Psi Msi, psikolog Unika Atmajaya Jakarta ini, menyebut bahwa dari hasil penelitian sampai saat ini, musik klasik lah yang bila diperdengarkan pada janin, bayi dan anak, yang paling baik menstimulasi perkembangan otaknya.

Mengutip pernyataan Alfred Tomatis, psikolog Amerika yang telah meneliti berbagai jenis suara dan nada musik, penerimaan terbaik yang bisa cepat direspon oleh bayi dalam kandungan ibunya adalah suara ibunya sendiri, dan suara musik klasik karya Mozart. Penelitian tersebut ditunjang juga dengan alat-alat kedokteran yang cukup canggih (MRI dan PET Scan) sehingga akurasinya dapat dipertanggung jawabkan.

Bayi yang baru lahir memiliki ribuan sel otak. Cuma, sel-sel itu jika tak dipergunakan akan mati (diganti yang baru) dengan sendirinya. Tapi, bila sering distimulasi salah satunya dengan mendengarkan musik klasik, sel-sel tersebut tidak cepat mati, bahkan bisa sangat efektif untuk memicu perkembangan kecerdasan otak si anak. "Bayi yang masih dalam kandungan bila distimulasi dengan musik klasik, dengan komposisi karya Mozart berjudul Eine Kleine Nachmusik, sangat bagus memicu perkembangan sel-sel otak. Ini karena Eine Kleine memiliki irama, harmoni dan ritme, yang terstruktur dengan luar biasa," papar Weny.

Namun Weny menegaskan, tidak menutup kemungkinan jenis musik lain juga bisa dipergunakan sebagai salah satu stimulan. "Di Jepang dan India, sekarang ini sudah mulai mencoba menerapkan musik-musik khas di sana sebagai alternatif lain untuk diperdengarkan pada bayi maupun anak, yang tujuannya untuk menstimulasi perkembangan otak anak," ungkapnya. (yz)

Jumat, 24 Oktober 2008

kenapa musik itu hebat.....

Alasan mendengarkan musik antara lain untuk membantu mengatasi kebosanan atau melepaskan stres. Sebenarnya alunan nada itu juga bisa berfungsi sebagai stimulasi yang dapat mempengaruhi kecerdasan anak.


Getaran musik yang masuk melalui telinga serta mempengaruhi kejiwaan, juga melalui neuron di otak. Ahli saraf dari Harvard University, Mark Tramo, M.D. mengatakan bahwa didalam otak manusia, jutaan neuron dari sirkuit secara unik menjadi aktif ketika kita mendengar musik. Neuron-neuron ini menyebar ke berbagai daerah di otak, termasuk pusat auditori di belahan kiri dan belahan kanan. Rupanya mulai dari sinilah kaitan antara musik dan kecerdasan terjadi.

Bukan berarti orangtua harus membelikan anaknya alat-alat musik yang super mahal untuk si kecil. Orangtua juga tak wajib mendominasi rumah dengan komposisi dari para komposer ternama dunia yang rumit. Awalnya, biarkan musik menghiasi ruang di sekitar anak-anak. Putarkan lagu di radio lalu orangtua dapat ikut bernyanyi bersama si kecil.

Pendidik neuroscience dan penulis buku Early Childhood Connections: The Journal of Music and Movement-Based Learning, Dr. Dee Joy Coulter mengaktan, melalui kegiatan bermain dan mendengar musik, anak dapat memperoleh manfaatnya. Dia mengklasifikasikan lagu-lagu, gerakan dan permainan anak sebagai latihan untuk otak yang brilian, yang mengenalkan anak pada pola bicara,keterampilan-keterampilan sensory motor
dan strategi gerakan yang penting.

Tak hanya perkembangan bahasa dan kosa kata anak meningkat melalui permainan yang mengandung musik, namun juga logika dan keterampilan-keterampilan beriramanya. Logika membuat anak nantinya mampu mengorganisasi ide dan mampu memecahkan masalah. Berbagai manfaat yang didapat dari musik, pendidikan prasekolah pun menggunakan musik sebagai bagian dari proses pendidikan.

Pakar pendidikan musik dari Ohio of State University, AS, Jim McCutcheon M.M.Ed dalam artikelnya Private Music Lesson for Kids memaparkan, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan orangtua sebelum mengajak si kecil belajar di kelas musik yaitu perkembangan mental dan fisik anak. Teliti apakah rentang perhatian si kecil bisa lebih dari 2 menit. Pada tahun awal, anak setidaknya memiliki kemampuan mendengarkan, memperhatikan dan mengikuti arahan yang diberikan selama 15-30 menit.

Kemudian, McCutcheon juga menyarankan orangtua agar memperhatikan alat musik yang dimainkan telah sesuai perkembangan usia anak. Seperti terompet yang tidak sesuai untuk anak usia di bawah 10 tahun. Lebih sesuai jika anak usia tersebut diberikan latihan piano, gitar, biola dan alat musik perkusi. Ia juga meminta orangtua agar seksama melakukan pemilihan guru musik, sedapat mungkin pilih guru yang mahir berinteraksi dengan anak-anak

“Pertimbangkan juga, apakah orangtua juga bisa meluangkan waktu untuk melihat anak berlatih musik. Dengan demikian, orangtua bisa melihat perkembangan dan potensi anak di bidang alat musik tersebut,” ujarnya.(berbagai sumber/rin)

Musik sangat penting untuk perkembangan anak?

Tidak perlu dipungkiri, musik mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan kita. Dan pengaruh positif musik dalam kehidupan kita merupakan suatu topik menarik untuk dibicarakan.

Menarik karena pengaruh positif tersebut relatif tidak terlihat [intangible] walaupun konkrit [dapat kita rasakan]. Pengaruh positif musik tersebut bahkan sudah terjadi pada saat awal perkembangan kita sebagai individu.

Musik terbukti sangat membantu perkembangan otak, perkembangan indera, perkembangan kemampuan bahasa, dan kemampuan sosial anak usia dini [hingga 6 tahun]. Dalam beberapa penelitian neuromusikal, musik terbukti membantu perkembangan otak manusia khususnya pada planum temporale bagian kiri, di mana bagian otak ini berperan besar dalam perkembangan bahasa. Dengan hasil penelitian ini, musik dianggap mampu membantu perkembangan bahasa anak.

Sebuah fakta menarik tentang perkembangan bayi terjadi pada awal abad 20:
Di panti-panti asuhan di Eropa dan Amerika terjadi bencana besar di mana angka kematian bayi berusia di bawah satu tahun mendekati 100%(1), walaupun bayi-bayi itu mendapatkan nutrisi yang cukup. Bencana tersebut mulai dapat teratasi di sebuah panti asuhan di Jerman, setelah pihak panti asuhan menyewa seorang wanita sebagai pengasuh untuk memberikan stimulasi afeksi pada bayi-bayi di sana. Angka kematian yang mendekati 100% tersebut secara drastis menurun setelah bayi-bayi itu diberikan cinta dan sayang oleh si pengasuh.

Bagaimanakah memberikan rasa cinta dan sayang kepada bayi? Tiga cara utama untuk mengkomunikasikan cinta dan sayang kepada bayi adalah melalui berbicara, bernyanyi, dan memberikan sentuhan. Kegiatan musikal dapat dengan baik menyampaikan cinta dan sayang itu kepada bayi. Salah satu metode yang efektif dan sering digunakan adalah motherese. Motherese adalah cara khusus berbicara ibu kepada bayinya. Cara ini sarat dengan elemen musikal melalui variasi tinggi nada suara, irama, dinamika, dan warna suara ibu [atau pengasuh]. Ingat-ingatlah kembali ketika Anda melakukannya pada anak Anda [atau keponakan Anda]. Dengan cara ini anak bukan hanya merasakan cinta dan sayang, namun ia juga mulai belajar bahasa lisan.

Rangsangan ritmik pada bayi berupa timangan juga terbukti membantu anak untuk lebih cepat mendapatkan bobot yang optimal. Dalam timangan, anak diajak untuk melibatkan seluruh tubuhnya melakukan gerakan ritmik, gerakan teratur berdasarkan ketukan tertentu. Anak yang mendapat timangan juga akan lebih cepat dalam perkembangan indera penglihatan dan pendengaran, serta terbukti lebih cepat mendapatkan siklus tidurnya.

Kegiatan bermusik juga membantu perkembangan kemampuan motorik anak. Secara alamiah, elemen ritmik pada musik dapat membuat anak menggerakkan tangan, kepala, dan kakinya. Dengan cara yang tepat, rangsangan ritmik pada anak akan membuatnya belajar mengkoordinasi organ tubuhnya untuk berespon atau melakukan sesuatu dengan baik dan benar [memegang sesuatu, melompat, berjinjit, dll.]

Melalui musik, anak juga belajar bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain. Sebagai contoh adalah permainan hom pim pa, dan sut. Dalam permainan ini kemampuan anak untuk mengeksekusi gerakan sesuai ritme sangat diperlukan: jika terlambat akan dianggap curang, jika terlalu cepat akan sangat dirugikan. Hampir seluruh permainan anak-anak yang dilakukan bersama-sama menggunakan musik dalam bentuk gerak dan lagu. Gerak dan lagu ini membantu anak untuk melibatkan aspek motorik, intelektual, dan emosi anak dalam sebuah kegiatan bersama.

Jika kita perhatikan dengan seksama beberapa paragraf di atas, kita dapat melihat bahwa musik dapat membantu anak-anak untuk mengaktualkan potensi motorik, intelektual, dan emosinya. Dan jika kita rujuk pada akar kata pendidikan [Inggris: education, dari bahasa latin: educare yang berarti mengeluarkan, mengaktualkan, dan mengembangkan potensi seseorang] maka musik adalah juga sarana pendidikan bagi anak. Musik dapat membantu anak untuk berkembang, untuk mengaktualkan potensi-potensinya.

Selamat bersenang-senang sambil bermusik dengan anak-anak Anda, masih belum terlambat bagi kita untuk 'mendidik' mereka dengan berkegiatan musik bersama.

-p. b. adi-


(1) Bencana tersebut diberi nama marasmus. Marasmus merujuk pada kondisi di mana bayi yang berusia di bawah satu tahun akan meninggal jika tidak cukup menerima cinta dan sayang.

ada apa dengan kurikulum musik nasional?


Beberapa waktu ini sering terbersit di benak, apa yang telah diberikan pendidikan nasional kita untuk perkembangan musik. Selalu pecinta musik menimbang, apakah pendidikan musik di sekolah-sekolah sudah menumbuhkan kecintaan siswa terhadap musik?

Apabila pertanyaan tersebut muncul, dengan sangat menyesal jawaban yang kerap muncul adalah ‘belum’. Pendidikan musik di sekolah belum mampu mendorong seorang siswa untuk mencintai musik.


Rasanya berbeda sekali dengan pendidikan mata pelajaran lainnya. Banyak siswa jatuh cinta pada matematika ataupun antropologi karena bersinggungan dengan mata pelajaran tersebut di sekolah. Dan kurikulum pelajaran tersebut menjawab minat dan keingintahuan siswa akan pelajaran tersebut.

Namun tampaknya minat besar seorang anak di bidang musik belum mampu dijawab dengan memuaskan oleh kurikulum musik sekolah umum saat ini. Pendidikan musik di sekolah terasa belum penting karena memang belum menggali potensi anak didik.

Lebih banyak orang berpikir menjadi seorang fisikawan karena terinspirasi mata pelajaran sekolah, bukan oleh suatu institusi riset fisika ataupun tokoh fisika yang bersinggungan dengan hidup mereka.

Bila dibandingkan dengan musik, jarang inspirasi jadi musisi muncul karena mata pelajaran musik di sekolah. Mereka lebih banyak yang terinspirasi oleh band-band yang mereka temui, ataupun karena mereka tergabung dalam suatu ekstrakurikuler tertentu di sekolah, bukan karena pelajaran seni musik intrakurikuler di sekolah.

Pendidikan musik belum diproyeksikan menjadi sesuatu yang penting, sehingga sering terlupakan. Karena itu pula pengaruhnya pada anak didik dan juga pada outcome tidak sebesar mata pelajaran lainnya.

Musik di sekolah tidak cukup untuk banyak peserta didik. Ketika banyak peserta didik yang mengikuti bimbingan belajar agar sukses di mata pelajaran pilihannya di sekolah, cukup banyak peserta didik yang berpaling pada pendidikan musik di institusi selain sekolah untuk membangun kemampuan musik siswa.

Kala kursus-kursus menjadi suplemen untuk banyak mata pelajaran lain seperti kimia dan ekonomi, di Indonesia justru kursus musik menjadi pemeran utama dibandingkan dengan pelajaran yang didapat di sekolah.

Sedangkan bagi mereka yang tidak berkesempatan mengecap pendidikan informal musik, lebih mengandalkan naluri bermusik dan otodidak daripada pendidikan musik di sekolah.

Itulah keadaannya, bahwa musik di pendidikan formal sekolah masih menjadi anak tiri di ranah sendiri.




Untuk Sementara

Untuk sementara ini, harus disadari secara penuh oleh pelaku pendidikan, khususnya institusi pendidikan musik bahwa merekalah yang memegang kualitas pendidikan musik Indonesia.

Kursus-kursus inilah yang terus menjadi barometer kualitas pendidikan musik di Indonesia sampai beberapa waktu ke depan, sampai kurikulum sekolah umum dapat menawarkan pelayanan yang lebih memuaskan dalam pendidikan musik.

Tanggung jawab ini bukan mainan belaka. Terutama karena sampai saat ini pendidikan musik masih sangat terbatas jangkauannya. Sekolah-sekolah musik pun belum sebanyak kursus-kursus Bahasa Inggris yang menjamur di mana-mana. Hal yang sama juga berlaku bagi guru-guru privat musik.

Kualitas musik di Indonesia, termasuk musisi, adalah sebagian besar cerminan kualitas pendidikan yang ditawarkan pendidikan ‘informal’ tersebut, baru kemudian tawaran pendidikan ‘formal’.

Jadi kualitas pendidikan musik di institusi pendidikan musik haruslah terus dikembangkan, karena saat ini merekalah yang merupakan ujung tombak sekaligus hulu geliat musik di sekitar kita.

Begitu pula dengan pendidikan musik di sekolah-sekolah formal beserta dengan kurikulumnya, harus berkembang sampai dengan pendidikan sekolah mengambil alih kunci pendidikan musik di Indonesia. Begitulah yang seharusnya.

Sampai pada waktunya, institusi pendidikan musik dan guru privat musiklah yang harus berjuang keras, menjaga dan meningkatkan pendidikan musik tanah air.

Untuk semua pelaku pendidikan musik, di sekolah maupun sanggar, selamat berjuang… Dan untuk seluruh pelaku dan insan pendidikan, selamat hari pendidikan nasional.

pendidikan musik di negara asing

Norwegia menawarkan pendidikan musik pada berbagai tingkat, mulai dari usia anak-anak hingga tingkat doktor dan musikologis.

Diantara para musikologis Norwegia yang memiliki reputasi internasional adalah Finn Benestad dan Dag Schelderup-Ebbe dengan penelitian mereka terhadap Grieg, dan Harald Herresthal dengan penelitiannya terhadap musik Norwegia pada tahun 1800. Pusat penelitian musik adalah Universitas Oslo, Bergen dan Trondheim serta Akademi Musik Norwegia di Oslo.

Di atas sistem pendidikan adalah pendidikan musik tinggi, yang ditawarkan oleh college dan universitas. Gelar tertinggi diberikan oleh Akademi Musik Norwegia di Oslo, sementara college dan universitas di Bergen, Trondheim, Stavanger, Kristiansand dan Tromsø masing-masing memiliki fakultas konservatori. Daftar lengkap program pendidikan musik dapat diperoleh dari direktori Pusat Informasi Musik Norwegia.

Masing-masing daerah di Norwegia diharuskan untuk memberikan program pendidikan musik minimum di tingkat pendidikan menengah atas (upper secondary school). Daftar lengkap sekolah menengah atas yang menawarkan program pendidikan musik dapat dibaca di Pedlex – Informasi Sekolah Norwegia. Beberapa folk high school dengan program satu tahun juga memberikan pelajaran musik. Daftar lengkap sekolah ini dapat diperoleh dari organisasi folk high school.

Institut Musik Barratt Due di Oslo merupakan satu-satunya sekolah yang menawarkan program khusus bagi anak-anak muda yang memiliki bakat musik luar biasa. Sekolah ini menyelenggarakan kelas-kelas bagi anak-anak usia pra-sekolah hingga tingkat konservatori, dimana orkestra mereka telah dikagumi secara luas.

Sejak tahun 1998, undang-undang Norwegia mengharuskan semua kotapraja untuk memberikan pendidikan seni kepada anak-anak. Hal ini menghasilkan kegiatan setelah sekolah yang menawarkan kursus di bidang musik, tari, teater, menggambar, melukis dan sebagainya. Dewan Norwegia untuk Sekolah dan Seni bertindak sebagai sumber bagi kotapraja Norwegia dan memiliki hubungan dengan beberapa sekolah seni.

Pendidikan musik juga dapat diberikan bagi anggota masyarakat termuda. Norwegia memiliki beberapa tempat penitipan anak yang memiliki spesialisasi di bidang musik. Sementara Early Childhood Music Association of Norway menyelenggarakan kursus bagi wanita hamil dan orang tua yang memiliki bayi.